beritadunesia-logo

Replika mei hwa marak di Palembang

Jumat,2016-02-05,10:25:31
replika-mei-hwa-marak-di-palembang | Berita Positive
Ilustrasi replika Pohon mei hwa
(Berita Dunesia) Palembang - Replika atau duplikat pohon mei hwa mulai marak diperdagangkan di Kota Palembang, Sumatera Selatan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2567 yang jatuh pada 8 Februari 2016.

Berdasarkan pemantauan di Palembang, Kamis, replika pohon keberuntungan bagi warga Tionghoa itu tidak hanya dijual di pertokoan dan pusat perbelanjaan tetapi juga tampak dijual di kaki lima sejumlah jalan kawasan tertentu.

Salah seorang pedagang replika pohon mei hwa di kawasan Jalan Radial akses menuju pusat perbelanjaan Ilir Barat Permai dan mal Palembang Indah Mall (PIM), Herman mengatakan setiap menjelang Imlek selalui memanfaatkan halaman tokonya utuk menggelar dagangan tersebut.

Berdagang duplikat pohon mei hwa setiap menjelang Imlek menjanjikan keuntungan yang cukup besar, sehingga momentum tersebut selalu dinantikan sebagai peluang usaha tahunan.

Pohon hias dengan dominasi warna merah dan pink itu terbuat dari potongan ranting pohon dan rangkaian bunga plastik.

Duplikat pohon mei hwa dijual dengan harga bervariasi tergantung bentuk dan ukuran besar-kecilnya, mulai dari Rp125.000 hingga Rp750.000 per pohon, kata pedagang itu menjelaskan.

Sementara salah seorang warga keturunan Tionghoa Thamrin mengatakan, pohon mei hwa bagi warga keturunan dianggap sebagai lambang harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.

"Pohon mei hwa di tanah leluhur kami tumbuh subur dan indah pada musim semi sehingga diartikan juga sebagai sebuah semangat baru dan harapan baru menyongsong kehidupan yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya," ujarnya.

Berdasarkan filosofi atau pandangan tersebut, duplikat pohon mei hwa wajib ada di setiap rumah warga Tionghoa, jika hiasan pohon tersebut tidak disiapkan rasanya perayaan Imlek kurang lengkap.

Tahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi warga Tionghoa, dimulai di hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal kelima belas, kata Thamrin.

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © ANTARA 2016

Berita Terkait
DUNIPEDIA - Berita Dunesia
Fitrafood
REAFO