Tidak hanya itu, kawasan ini pun laksana laboratorium raksasa dan beragam isinya siap digali.
Adalah Priatna, seorang peneliti dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung yang telah melakukan eksplorasi di Dieng sejak 1991. Ia menemukan berbagai potensi alam tak terduga di kawasan vulkanik aktif itu.
Penelitian berawal dari rasa penasaran setelah kasus tewasnya ratusan warga Dieng karena diduga menghirup gas beracun di Dieng pada 1979.
"Kasus itu menggugah saya untuk melakukan eksplorasi lebih dalam di Dieng, terutama fokus pada kandungan gas beracun di dalamnnya," kata Priatna dalam keterangan pers di Wonosobo, Jumat (8/4/2016).
Kandidat doktor Unpad itu menyatakan bahwa selama melakukan penelitian tentang gas beracun, ia menemukan potensi alam yang luar biasa di kawasan dengan tinggi rata-rata sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut itu.
Menurut dia, di Indonesia baru ada dua geopark kelas dunia, yakni Kaldera Batur di Gunung Batur Bali dan Gunungsewu di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Adapun geopark kelas nasional ada empat kawasan di Indonesia, antara lain Rinjani, Toba, Merangin, dan Cileteuh Sukabumi.
"Dieng sudah sangat layak masuk sebagai geopark sekelas Batur dan Gunungsewu. Maka itu, saya bertemu dengan Kepala Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membahasnya lebih detail," kata Priatna.
Kepala Kantor Pariwisata dan Perekonomian Kreatif Kabupaten Wonosobo Agus Purnomo menyambut baik gagasan menjadikan Dieng menjadi salah satu geopark kelas dunia.
Sejauh ini pemerintah daerah setempat siap memfasilitasi upaya sosialisasi yang bakal digelar dalam waktu dekat.
"Dengan status geopark juga merupakan upaya untuk melindungi keanekaragaman hayati beserta ekosistem lingkungan Dieng," kata Agus.
Dieng merupakan dataran tinggi yang memisahkan wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Penulis | : Kontributor Magelang, Ika Fitriana |
Editor | : I Made Asdhiana |