Nama Resmi : Kabupaten Boven Digoel
Ibukota : Tanah Merah
Luas Wilayah: 26.838 km²
Jumlah Penduduk: 35.376 Jiwa
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 6
Bupati : YUSAK YALUWO, SH, M.Si
Wakil Bupati: YESAYA MERASI
Alamat Kantor:
Telp.
Fax.
Website : http://www.bovendigoelkab.go.id/
SEJARAH
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Boven Digul, dahulu dikenal dengan sebutan Digul Atas dan merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Digul Atas, terletak di tepi Sungai Digul Hilir, Tanah Papua bagian selatan.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 4, disebutkan Boven Digoel dipersiapkan dengan tergesa-gesa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menampung tawanan pemberontakan PKI tahun 1926. Selanjutnya Boven Digul digunakan sebagai tempat pembuangan pergerakan nasional dengan jumlah tawanan tercatat 1.308 orang. Di antara tokoh-tokoh pergerakan yang pernah dibuang ke sana antara lain Sayuti Melik (1927-1938), Mohammad Hatta (1935-1936), Muchtar Lutffi, Ilyas Yacub (tokoh Permi dan PSII Minangkabau) dan Sutan Syahrir.
Daerah seluas 10.000 hektare itu berawa-rawa, berhutan lebat dan sama sekali terasing, kecuali melalui laut. Di sepanjang tepian sungai berdiam berbagai suku (Papua) yang masih primitif. Karena sarana kesehatan tidak ada, penyakit menular sering berjangkit demikian pula penyakit malaria yang membawa banyak korban.
Tempat pembuangan tersebut terbagi atas beberapa bagian, yakni Tanah Merah, Gunung Arang (tempat penyimpanan batu bara), kawasan militer yang juga menjadi tempat petugas pemerintah dan Tanah Tinggi. Sewaktu rombongan pertama datang, Digul sama sekali belum merupakan daerah permukiman. Rombongan pertama sebanyak 1.300 orang, sebagian besar dari Pulau Jawa, diberangkatkan pada Januari 1927. Pada akhir Maret 1927 menyusul ratusan orang lain dari Sumatera. Mula-mula mereka ditempatkan di Tanah Merah. Dua tahun kemudian, melalui seleksi ketat, sebagian dipindahkan ke Tanah Tinggi.
Pada tahun-tahun pertama, ratusan orang meninggal karena kelaparan dan sakit. Penderitaan itu menyebabkan banyak orang buangan mencoba melarikan diri ke Australia. Mereka menggunakan perahu-perahu kecil buatan sendiri, tetapi sedikit saja yang berhasil. Sebagian terpaksa kembali, lainnya mati tenggelam.
Pada waktu Perang Pasifik meletus dan Jepang menduduki Indonesia, tawanan Boven Digoel diungsikan oleh Belanda ke Australia. Pemindahan itu didasari kekhawatiran tahanan akan memberontak jika tetap di Boven Digoel. Diharapkan, orang-orang Indonesia yang dibawa ke Australia akan membantu Belanda. Ternyata, tahanan politik itu mempengaruhi serikat buruh Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda yang mendarat di Benua Kanguru. Nantinya setelah Sekutu berhasil memperoleh kemenangan, tawanan itu dikembalikan ke tempat asalnya di Indonesia.