Tukang becak penambal jalan Surabaya tolak imbalan jasa
Senin,2015-05-25,10:25:15
(Berita Dunesia) Surabaya - Abdul Sukur, tukang becak warga Jalan Tambak
Segaran Barat Gang 1 Nomor 27 Kota Surabaya, yang "hobi" menambal jalan
berlubang atau rusak dengan batu, menolak pemberian uang jasa atau
tawaran pekerjaan dari pemerintah Kota Surabaya.
"Kami sudah ke sana. Kami kasih imbalan jasa dan menawari ikut
kerja di Dinas Pekerjaan Umum, tapi tidak mau," kata Kepala Dinas
Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Erna Purnawati,
di Surabaya, Rabu.
Fenomena tukang becak penambal jalan berlobang ini mencuat di dunia maya saat pertama kali di-
posting salah seorang warga Surabaya, Himan Utomo, di
facebook-nya.
Posting-an tersebut mendapat tanggapan dari banyak warga.
Berbeda dengan Jakarta, di Surabaya becak masih sangat boleh berlalu-lalang di jalan-jalan besar Kota Pahlawan itu.
Utomo
menceritakan, sekitar pukul 23.05 WIB beberapa waktu lalu, di ITC
Gembong Surabaya, ia melihat seorang bapak tua tukang becak ini berhenti
pas di depan ITC. Bapak tua ini turun dari sadel becaknya dan
menurunkan bongkahan batu aspal dan menaruhnya di beberapa jalan yang
berlubang.
"Setelah beberapa kali mondar-mandir dari becak ke jalan berlubang,
bapak tua ini mengambil palu besar untuk meratakan bongkahan batu aspal
itu. Kemudia ia duduk sebentar sembari mengipaskan topi hitam miliknya
sembari berucap: alhamdulillah...," katanya.
Utomo pun akhirnya mengampiri bapak tua ini dan duduk disamping beliau serta menawarkan rokok kepada dia.
"Saya bertanya bapak dari dinas kota Surabaya ya? Kok
meratakan jalan dan cuma memakai becak? bukankah dinas kota punya
fasilitas? Bapak tua ini menjawab, "Bukan mas, saya tukang becak biasa."
Mendapati jawaban seperti itu, Utomo heran dan bertanya lagi.
"Bapak digaji berapa? dan ikut siapa? Bapak tua ini menjawab, "Saya
tidak kerja sama siapa-siapa dan tidak digaji siapa-siapa."
Hilman semakin penasaran dan bertanya lagi. "Lha bapak melakukan ini tidak dibayar kok mau, bukan kah sudah jadi tanggung jawab pemerintah kota, khan kita juga bayar pajak untuk pembangunan kota juga?"
Bapak tua ini tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa mas, ini sudah
jadi hobi saya tiap malam. Setelah cari rezeki dengan menjadi tukang
becak, malamnya saya selalu mencari bongkahan batu aspal, buat menutup
jalan yang berlobang, ya hitung-hitung abdi saya sebagai warga kota
Surabaya."
Mendapati hal itu, Utomo bersimpati karena masih ada orang seperti
bapak tua tukang becak ini di Surabaya. Bapak tua ini juga berkata
tentang lika-likunya menutup jalan yang berlubang.
"Saya sering di olok-olok sama teman-teman tukang becak dengan
alasan buat apa melakukan itu semua karena tidak dibayar dan tidak akan
dipedulikan pemerintah kota," katanya.
Anehnya, kata Utomo, bapak tua ini tertawa kecil dan sering menjawab demi kemanusiaan saja.
"Kalau ada yang terkena lobang terus kecelakaan gimana. Iya kalau
musim panas terus kalau banjir kan gak kelihatan. Sudah tidak apa-apa
kalau jalannya tidak berlubang semua yang lewat kan juga enak," katanya
menirukan bapak tua itu.
Utomo mengatakan, mudah-mudahan ada pejabat di pemerintahan Kota Surabaya yang baca posting-an ini dan memberi dia penghargaan atas kerja keras beliau selama ini.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti,
mengatakan, selain merespons, hal ini bisa menajdi bahan evaluasi juga
terkait jalan rusak/berlubang. Pemerintah Kota tidak cukup menunggu
pengaduan melalui pusat warga atau sapa warga.
"Kelurahan sebagai aparat di level paling dekat dengan masyarakat
mestinya juga proaktif melaporkan untuk kemudian ditindaklanjut dinas
dengan satgas atau unit reaksi cepat jalan berlubang/rusak," katanya.