Tips memilih batik untuk pernikahan
Senin,2015-10-05,08:43:57
(Berita Dunesia) Jakarta - Motif batik, terutama batik Jawa, memiliki arti
tertentu yang terkandung dalam garis maupun titik sehingga ada
motif-motif tertentu yang memang ditujukan untuk pernikahan.
"Konsep pernikahan itu tentang welas asih," kata perancang busana Era Soekamto saat ditemui di Jakarta, Sabtu.
Era
yang mendalami batik ini menjelaskan pernikahan dalam konsep Jawa
merupakan hal yang sakral karena berupa penyatuan makro dan mikro
kosmos, ruh besar dan kecil, bukan hanya penyatuan dua manusia.
Penyatuan dua ruh tersebut menghadirkan cinta sehingga perlu mencari motif batik yang sesuai dengan doa dan energi tersebut.
Batik
sebagai medium komunikasi awalnya digunakan untuk menyampaikan konsep
transendental, pembuatnya bermeditasi untuk mencapai tingkatan spiritual
tertentu sebelum membatik.
Kain bermotif batik Sidoasih, yang
melambangkan penyatuan makro kosmos dengan mikro kosmos dalam diri
merupakan pakaian yang cocok untuk digunakan dalam pernikahan.
Batik
motif truntum, berupa titik-titik besar dan kecil yang melambangkan
cahaya, juga pilihan yang bagus untuk digunakan dalam hari besar
tersebut karena melambangkan kesetiaan.
"Maksudnya, kita harus mencintai esensi cahaya tersebut, yaitu Tuhan. Kesetiaan itu yang dibawa ke konsep pernikahan."
Selain itu, motif wahyu tumurun yang mengandung doa kebahagiaan lahir dan batin juga pas untuk digunakan dalam pernikahan.
Menurut
direktur kreatif Iwan Tirta Private Collection ini, pemilihan motif
batik untuk pernikahan disesuaikan dengan adat daerah yang digunakan.
Pengantin Cirebonan misalnya, dapat menggunakan batik mega mendung.
Batik motif parang tidak bisa digunakan untuk pernikahan karena memiliki konsep kepemimpinan.
"Sebetulnya parang digunakan untuk upacara yang bersifat kepemimpinan," kata Era.
Motif
parang digunakan dalam upacara kerajaan, besar-kecil garis diagonal
menunjukan strata sosial. Parang barong, parang bergaris besar,
digunakan oleh raja.
Tidak berarti penggunaan motif batik yang tidak tepat akan menimbulkan petaka bagi pernikahan.
Era
Soekamto berharap sejak batik disahkan sebagai warisan budaya oleh
UNESCO pada 2009, masyarakat mengerti bahwa batik merupakan medium
komunikasi yang memiliki arti dibalik motifnya.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2015