Pekanbaru - Tim gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Provinsi Riau dan sejumlah organisasi perlindungan satwa
bersama-sama mengobati kawanan gajah Sumatera liar yang menderita sakit
di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, Riau.
"Upaya pengobatan ini cukup memacu adrenalin karena kita
berhadap-hadapan dengan kelompok gajah liar. Kami sangat berhati-hati
jangan sampai mereka mengamuk," kata Kepala Bidang Wilayah II Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Supartono, kepada
Antara di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, tim gabungan tersebut terdiri dari BBKSDA Riau, WWF,
Himpunan Penggiat Alam (Hipam), Forum Mahout dan Vesswick. Sebanyak dua
ekor gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah Siak-Riau juga dikerahkan
untuk mengantisipasi apabila kawanan mamalia bongsor itu mengamuk saat
diobati.
"Kami mengirim dua ekor gajah jinak dan enam pawang ke lokasi. Ini
tidak mudah, namun sejauh ini saya belum menerima laporan adanya kendala
di lapangan," kata Supartono.
Ia menambahkan, gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) yang
diobati tidak akan dipisahkan dari kelompoknya. "Kita akan obati gajah
liar itu di lapangan, dipantau sampai 10 hari dan dilepaskan lagi,"
ujarnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Penggiat Alam (Hipam) Duri-Riau,
Zulhusni, mengatakan pengobatan terhadap gajah liar dilakukan di tengah
perkebunan karet di kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja, Kabupaten
Bengkalis. Tim gabungan hanya berjarak cukup dekat dari kawanan gajah
liar.
"Saat ini baru satu gajah yang bisa dibius untuk diobati. Gajah itu
dipisahkan dari kelompoknya, namun hanya berjarak sekitar 50 sampai 80
meter," ujarnya.
Menurut dia, sejauh ini teridentifikasi ada tiga gajah yang sakit
dan harus diobati. Dua di antaranya adalah induk dan anak gajah yang
diperkirakan berumur 2-3 tahun. Petugas medis sangat berhati-hati
melakukan pengobatan, yang diawali dengan menggunakan gajah jinak untuk
mendekati dan menembakan peluru bius ke gajah yang akan diobati.
"Anak gajah yang diperkirakan berumur 2-3 tahun mengalami luka di
kaki sebelah kanan depannya karena terkena jerat sehingga dia pincang
saat berjalan. Sementara itu, ada induknya yang luka dibagian ekor, dan
satu ekor lagi terluka di telapak kaki yang cukup parah hingga terlepas
karena luka karena terkena jerat," ujarnya.
Ia mengatakan kawanan gajah liar tersebut bermigrasi dari kawasan
kantong gajah Giam Siak Kecil ke Balai Raja, Bengkalis. Jumlah mereka
awalnya 25 ekor, namun satu ekor gajah mati pada pekan lalu akibat
terperangkap di pagar beraliran listrik saat melintasi kebun kelapa
sawit milik warga setempat.
"Awalnya kawanan ini berjumlah 25 ekor, namun satu ekor mati.
Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja memang sudah tak layak lagi menjadi
habitat gajah liar karena hutannya sudah banyak berubah jadi kebun
kelapa sawit," katanya.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016