Perayaan warisan Portugis di Larantuka tersebut merupakan ritual yang dilakukan sejak 5 abad lalu. Makna perayaan menempatkan pusat ritual kepada Yesus dan Bunda Maria sebagai perempuan berkabung (Mater Dolorosa) karena menyaksikan penderitaan anaknya sebelum dan saat disalibkan.
Perayaan Semana Santa dimulai pada Rabu Trewa (Rabu Terbelenggu)
(23/3/2016) ketika umat dan peziarah berkumpul berdoa untuk mengenang
Yesus yang dikhianati Yudas Iskariot (murid Yesus).
Sejak pagi
para perempuan melakukan nyanyian ratapan Mazmur dalam bahasa Latin di
kapel. Pukul 3 sore, secara beruntun umat dan peziarah mengetukkan
bunyi-bunyian sambung-menyambung di seluruh Larantuka.
Hal itu menandakan saat memasuki masa berkabung. Setelah itu, tidak
diperkenankan bunyi-bunyian maupun melakukan pekerjaan apapun sehingga
Larantuka berubah menjadi kota perkabungan suci.
Sepanjang hari
sebelum sore di hari Kamis Putih, umat peziarah berdoa dan bergantian
melakukan penyembahan “Cium Tuan” di sejumlah situs rohani, di antaranya
di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria), Kapel Tuan Ana (Tuhan Yesus), dan Kapel
Tuan Meninu (patung kanak Yesus) dan Patung Tuan Bediri (patung Yesus
berdiri dengan ayam jantan di kanannya); sebagai wujud permohonan doa
kepada Tuhan melalui perantara Bunda Maria.
Aktivitas di hari
Kamis Putih berpusat di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria) dengan memandikan
dan membalutkan kain berkabung berupa mantel beludru hitam, ungu atau
biru. Kemudian dilanjutkan pembukaan peti patung Tuan Ana di kapel Tuan
Ana.
Sore harinya dilakukan tradisi pemasangangan, yaitu pancang atau tiang lilin di kanan kiri jalan rute perarakan Jumat Agung oleh seorang atau keluarga yang mengajukan diri sesuai nazar agungnya melayani Tuhan untuk keperluan prosesi; pada kegiatan ini umat juga akan membantu mardomu.
Perayaan Ekaristi berlangsung malam hari, mengenang perjamuan
terakhir Yesus dengan muridNya, pembasuhan kaki para murid, dan juga
pembacaan kisah penangkapan Yesus sampai menunggu diadili.
Puncak
Acara dilakukan saat Hari Raya Wafat Isa Almasih atau Jumat Agung.
Diawali perarakan bahari membawa patung Tuan Meninu, yaitu melawan arus
laut Selat Gonzalo dan menahtakannya di Pohon Sirih.
Pagi hari saat Sabtu Suci, ketiga patung dikembalikan ke kapel
masing-masing. Mulai saat itu, masa berkabung sudah lewat dan persiapam
memasuki masa perayaan Kebangkitan Yesus Kristus.
Larantuka
dikenal dengan nama Reinha Rosari yang dalam bahasa Portugis berarti
Kota Ratu atau Kota Maria. Nama itu diambil dari sejarah penampakan Tuan
Ma dan menjadi pelindung serta pemimpin di kota kecil nan bersahaja
ini.
Kisah ini pun menjadikan Larantuka sebagai salah satu pusat berkembangnya Katolik di Indonesia. Dengan demikian, perayaan Semana Santa yang berasal dari tradisi akulturasi Portugis dan penduduk lokal, menjadi daya tarik bagi umat Katolik di seluruh Tanah Air bahkan wisatawan mancanegara.
Sebenarnya tradisi ini masih ada dilakukan di beberapa bagian daerah dunia. Hanya saja, Larantuka termasuk kota yang sangat aktif melakukan prosesi tersebut sampai saat ini.
Adanya tradisi Semana Santa menjadikan kota Larantuka memiliki nilai
budaya rohani yang tinggi dan menyampaikan pesan damai, keramahan yang
hangat dari penduduk Larantuka kepada pendatang. Selain itu, perayaan
Semana Santa, wisatawan dan peziarah dapat menikmati panoraman alam nan
indah di Larantuka.
Untuk menuju Larantuka, Anda dapat
memanfaatkan penerbangan dari Bali atau Kupang kemudian melanjutkan
penerbangan ke Bandara Wai Oti di Maumere kemudian menempuh perjalanan
darat sekira 3 jam. Ada juga penerbangan ke Bandara Gewayan Tanah di
Larantuka yang dilayani maskapai Trans Nusa. (Sumber: Indonesia.Travel)
Editor | : Ni Luh Made Pertiwi F |
Sumber | : www.indonesia.travel |