Sedih, Benteng Lodewijk Hanya Tinggal Nama...
Senin,2016-01-11,10:19:12
(Berita Dunesia)
Sebelum pemerintah kolonial Belanda
masuk ke Indonesia, Bangsa Portugis terlebih dulu menginjakkan kakinya
di bumi pertiwi yang kita cintai ini.
Sejarah membuktikan bahwa
penjajah Portugis datang jauh-jauh dari negara asalnya karena ingin
mengincar berbagai kekayaan alam yang ada di Indonesia termasuk
rempah-rempah.
Portugis sangat tahu bahwa sebagai negara yang subur dan kaya raya, nusantara banyak diincar oleh bangsa penjajah lainnya.
Untuk
mengamankan daerah jajahannya dari upaya perebutan oleh bangsa lain
serta untuk memperkokoh kedudukannya dari serangan kelompok pribumi yang
anti penjajah maka Portugis merasa perlu membangun benteng pertahanan.
Benteng
pertahanan Portugis yang tersebar di Indonesia cukup banyak jumlahnya.
Salah satunya yang ada di Kota Gresik, Jawa Timur.
Namun benteng
bernama Lodewijk itu boleh dikatakan kini hanya tinggal nama karena sisa
bangunannya nyaris tak bisa dinikmati lagi pesonanya alias hancur
berantakan. Yang tersisa hanya sebagian kecil saja dari bangunan benteng
itu.
Batu-batu yang menyusun dindingbenteng terlepas satu sama
lain. Berpencar-pencar letaknya. Ada sebagian dinding benteng yang masih
bisa saya kenali. Itu pun sudah tak tampak sebagai bekas dinding
benteng pertahanan.
Pada dinding benteng yang tersisa juga di
sekitarnya banyak tumbuh semacam lumut dan semak belukar yang diduga
semakin memperparah kerusakan benteng itu sendiri.
Benteng
Lodewijk terletak di pesisir pantai Desa Mengare, Bungah – Gresik, Jawa
Timur. Sebagian masyarakat menyebut desa itu sebagai Pulau Mengare.
Ada
dua cara untuk bisa sampai ke lokasi Benteng Lodwijk, pertama dengan
menggunakan perahu dari dermaga Desa Mengare menuju pesisir pantai
tempat benteng berada. Ongkos sewa perahunya sekitar Rp 50.000-an.
Kedua,
seperti yang saya lakukan yakni dengan cara menyeberang dengan perahu
klotok sambil membawa serta motor menuju dermaga tempat benteng itu
berada. Sebagian orang amenyebut daerah tempat benteng berada dengan
julukan Pulau Lodwijk. (Mawan Sidarta)
Editor |
: Ni Luh Made Pertiwi F |
Sumber |
: Kompasiana |