Psikolog: bimbel berakar dari budaya instan
Sabtu,2015-05-23,08:13:46
ilustrasi
(Berita Dunesia) Jakarta - Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan
Universitas Indonesia (LPT UI), Suhati Kurniawati mengatakan, fenomena
lembaga bimbingan belajar, yang semakin marak menjelang Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), berakar dari budaya instan.
"Budaya yang sekarang adalah budaya instan, yang menginginkan hasil
dengan segera. Saya melihat hal ini juga menjangkiti anak-anak, remaja
serta anak-anak muda sekarang," ujar Suhati, yang akrab dipanggil Iin,
di LPT UI, Jakarta, Jumat.
Begitu pula dengan fenomena bimbel, yang menurut Iin bisa dianggap
anak sebagai jalur cepat menuju kesuksesan yang disimbolisasikan dengan
masuknya mereka ke PTN favorit.
Akibatnya, dia melanjutkan, anak-anak tidak lagi menganggap serius pelajaran yang diterimanya di sekolah.
"Budaya instan inilah salah satu penyebab sulitnya menghapus korupsi
di Indonesia. Sebab itu, untuk jangka panjang, dampaknya bisa
mengerikan karena ini menyangkut generasi muda yang menjadi penerus
bangsa," tuturnya.
Padahal, lanjut Iin, nilai yang tinggi saat seleksi PTN sama sekali
tidak menjamin anak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik di
universitas, institut ataupun sekolah tinggi.
"Ada kasus-kasus anak tersendat saat kuliah karena memang mereka
hanya dipersiapkan untuk matang dalam mengerjakan tes masuk," lanjut
Iin.
Menurut dia, permasalahan tersebut bisa diatasi dengan memperbaiki
sistem pendidikan, mulai dari kurikulum, buku-buku, guru-guru hingga
metode pembelajaran.
"Kalau semua itu membaik, anak-anak tidak akan menggantungkan harapannya kepada lembaga bimbel," ujarnya.
Menjelang SBMPTN yang akan dilaksanakan pada 9 Juni 2015, beragam
lembaga bimbingan belajar memang gencar menawarkan program "intensif"
untuk siswa SMA/SMK yang baru melaksanakan UN dan para alumni.
Ada pun biaya yang ditawarkan cukup beragam. Beberapa lembaga
bimbingan di wilayah Jakarta menawarkan harga mulai dari Rp1 juta hingga
Rp50 juta per peserta.
Berbagai fasilitas juga disediakan, mulai dari kebebasan untuk
berdiskusi dengan pengajar kapan saja, fasilitas penginapan, motivator,
hingga janji memberikan pengembalian uang ("cash back") jika tidak lulus
PTN yang diinginkan.
Salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta, Quin, mengaku
seluruh kelas yang dipersiapkan dalam rangka persiapan menuju SBMPTN dan
jalur seleksi-seleksi lain sudah penuh sejak beberapa bulan lalu.
"Seluruh kursi di 10 cabang kami di kawasan Jabotabek, yang
masing-masing bisa berkapasitas 50-100 orang, sudah penuh oleh para
siswa yang mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi negeri," kata
staf bagian produksi Quin, Samsiah, di kantor pusat lembaga bimbel
tersebut di kawasan Fatmawati, Jakarta.
Sementara ditemui di tempat terpisah, Kepala Cabang Lembaga
Pendidikan KSM wilayah Salemba, Aida Fitriani mengamini bahwa para siswa
SMA sederajat dan alumni masih antusias mengikuti bimbel sebagai
persiapan mengikuti seleksi PTN.
"Antusiasme para siswa untuk mengikuti program intensif tahun 2015 cukup tinggi," kata Aida Fitriani.
Sebagai buktinya, ujar Aida, ratusan kursi yang disediakan lembaga
tersebut terisi penuh oleh para siswa yang akan berjuang melewati UN,
sejak program intensif dimulai pada 25 April 2015.