Petani Kotabaru kreatif bertanam tanpa olah tanah
Selasa,2015-12-01,08:26:30
(Berita Dunesia) Kotabaru - Sebagian petani di Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan, mulai kreatif untuk bercocok tanam tanpa mengolah
tanah terlebih dahulu seperti pada umumnya.
"Sebelum ditanami, tanah yang ditumbuhi rerumputan, gulma, dan
semak-semak dibabat dan dibakar," kata Abu Bakar, seorang petani di
Kelumpang Selatan di Kotabaru, Senin.
Setelah lahan bersih dan mendapatkan guyuran hujan hingga dua kali,
petani langsung menanam gabah dengan cara lahan ditugal tanpa air yang
menggenangi sawah.
Namun, sebelum gabah dimasukkan ke dalam lubang-lubang tugalan,
lahan yang siap ditanam tersebut disemprot dengan herbisida untuk
mencegah rumput tumbuh kembali.
Mereka juga tidak lagi menggunakan bibit biasa atau bibit lokal,
karena hasilnya kurang optimal dan rasanya lebih enak dengan bibit
unggul.
Bertanam tanpa mengolah tanah membuat petani, katanya, lebih untung
karena tidak perlu mengeluarkan biaya olah tanah yang bisa mencapai
jutaan rupiah dalam satu hektare, untuk biaya sewa traktor, dan
mencangkul.
Dana yang seyogyanya untuk mengolah tanah tersebut, bisa digunakan untuk membeli pupuk dan pestisida.
Seorang petani asal Kelumpang Selatan, Dasim, mengaku bersama para
petani sekitarnya sudah dua kali panen hasil budi daya bibit unggul yang
selain tahan terhadap serangan hama, produktivitasnya tinggi.
"Dulu petani di sini masih senang menggunakan benih padi lokal,
seperti Padi Manis, Padi Buyung, dan yang lainnya. Tetapi dua kali musim
ini sudah beralih ke benih padi unggul, seperti Inpari 31 atau yang
lainnya," katanya.
Menurut petani asal Lamongan, Jawa Timur itu, padi lokal tersebut
memerlukan waktu cukup lama, yakni mulai 4-9 bulan baru untuk bisa
dipanen, sedangkan padi jenis unggul hanya tiga bulan 10 hari sudah bisa
dipanen.
Selain waktunya cukup lama, hasil panen juga rendah dibandingkan dengan menggunakan benih padi varietas unggul.
"Agar mendapatkan hasil panen melimpah, kami harus menggunakan
benih padi unggul, biar harga benihnya mahal, tetapi hasilnya cukup
besar," kata Rokhim, yang juga petani.
Seorang petani lainnya, Asmo, mengatakan dengan menggunakan benih
padi unggul, petani dapat menghemat biaya perawatan, pemupukan, dan
lain-lain.
"Kami cukup dua kali memupuk yang tidak seberapa, dan alhamdulillah hasilnya lumayan banyak," katanya.
Ibu rumah tangga yang juga petani setempat, Sutiah, mengaku musim
panen tiga bulan lalu, mendapatkan sekitar 150 karung, hasil panen
tersebut meningkat lebih dari 100 persen apabila dibandingkan dengan
menggunakan benih padi lokal.
Selain Sutiah, masih banyak petani di Kelumpang Selatan dan
sekitarnya tidak lagi menggunakan benih padi lokal, tetapi mereka mulai
beralih menggunakan benih padi dengan varietas terbaru.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2015