Penyebab badak jawa Ujung Kulon sulit bertambah
Jumat,2015-07-10,08:27:34
Badak Ujung Kulon.
(Berita Dunesia) Serang - Populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang diperkirakan 60 badak, berkurang sekitar empat ekor karena mati pada periode 2011 sampai 2014.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Mohammad Haryono di Serang,
Selasa, mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan TNUK
dengan menggunakan 100 kamera video trap yang dimulai sejak Januari
hingga Desember 2014.
Saat ini total minimum populasi badak Jawa berjumlah sekitar 57 ekor yang terdiri dari 31 jantan dan 26 betina.
"Ini komposisi tidak ideal, seharusnya satu jantan empat betina.
Ini yg menyebabkan pertumbuhannya lamban," kata Haryono saat Ekpose
Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2014, yang digelar Balai
Taman Nasional Ujung Kulon bersama Plt Gubernur Banten Rano Karno, di
Pendopo Gubernur Banten, KP3B di Serang.
Sementara dari 60
individu badak jawa yang pernah terekam pada monitoring sebelumnya yakni
2011 sampai 2013, sebanyak 52 individu terekam kembali.
"Saat ini, analisa kumulatif dari 2011 hingga 2014, dari 60 ekor
badak, empat meninggal dan kelahiran baru satu ekor.Total minimum
diperkirakan ada 57 ekor," kata Haryono.
Sementara terkait penyebab matinya badak tersebut, kata Haryono,
diperkirakan karena penyakit atau faktor alam lainnya. Namun dari
analisa yang mengancam kehidupan badak jawa selain faktor alam, adalah
binatang pemangsa lain seperti anjing hutan.
"Dari keempat badak yang mati tersebut, dua di antaranya mati
pada 2014 dan lainnya pada kurun waktu 2011 hingga 2013. Terbaru
ditemukan pada 12 November 2014," katanya.
Menurut Haryono, informasi mengenai demografi badak jawa
merupakan parameter yang sangat penting dalam upaya melestarikan satwa
langka tersebut.
Badak jawa, menurut Haryono, mempunyai sifat
soliter dengan indra penciuman yang sangat tajam sehingga sulit dijumpai
secara langsung di lapangan.
"Inilah yang menjadi kendala utama dalam melakukan monitoring
populasi satwa tersebut. Namun dengan ditemukannya satu individu anak
badak jawa pada tahun 2014 lalu, menunjukan bahwa populasi badak jawa di
TNUK masih mengalami perkembangan secara alami walaupun sangat lambat,"
katanya.