Pantai Tebing, Jejak Letusan Gunung Samalas di Lombok Utara
Kamis,2016-02-04,13:10:01
(Berita Dunesia)
CUACA panas menyengat ketika menapakkan kaki di
Pantai Tebing, Dusun Luk, Desa Sambi Bangkol, Kecamatan Gangga, Lombok
Utara, Nusa Tenggara Barat.
Pepohonan hanya tumbuh di atas tebing berketinggian 20 meter-25 meter itu. Tempat berteduh sekitar 20 meter utara tebing.
Selebihnya
hanya hamparan pasir hitam berhadapan dengan perairan Selat Lombok.
Sesekali tampak dari kejauhan satu-dua kapal berlayar di selat itu.
Semilir
angin laut yang mendorong ombak dari dan ke pesisir tidak mampu
menurunkan suhu udara pantai yang dikenal warga sebagai Pantai Luk.
Namun,
para pengunjung, mulai dari anak- anak hingga orang dewasa, tidak
mengindahkan suasana panas itu. Mereka girang bermain kecipak air,
saling lempar pasir pantai, pasang aksi berfoto, dan berswafoto di
bentangan tebing sekitar 50 meter dari utara ke selatan.
Belum ada penginapan di sana. Karena itu, pengunjung umumnya hanya singgah, mengambil gambar diri berlatar belakang tebing itu.
”Tidak
tahu persis, Pak, mengapa pantai ini disebut Pantai Tebing. Mungkin
saja karena fisiknya berbentuk tebing sehingga dinamakan seperti itu,”
ujar Dama, pengunjung asal Mataram, ibu kota NTB, sambil terus mengamati
tebing itu.
Menuju tempat berjarak sekitar 42 kilometer utara
Mataram itu, perjalanan bisa ditempuh dengan mobil, sepeda motor, atau
angkutan umum. Tarif angkutan umum dari Terminal Mandalika di Mataram ke
pantai itu sekitar Rp 25.000 per orang.
Perjalanan biasanya
melalui kawasan Hutan Pusuk, tempat kawanan monyet berkumpul di pinggir
jalan, menunggu pengguna jalan memberi makanan.
Jika setengah
perjalanan mau menikmati panorama alam pantai, pengunjung bisa
menelusuri jalan kawasan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, sekalian
melempar pandangan ke Gili Trawangan, Meno, dan Air yang tampak dari
kejauhan. Tiga gili (pulau kecil) itu merupakan ”desa dunia” di tengah
laut karena lebih banyak wisatawan bule ketimbang penduduk lokal.
Pantai
Tebing berada di jalan utama yang menghubungkan Desa Bayan dan Mataram.
Dari jalan raya itu ada jalan tanah sepanjang 200 meter sebagai pintu
masuk, cukup untuk dua mobil berpapasan. Sebelum tiba di pantai, para
pengujung disediakan tempat parkir mobil dan sepeda motor.
Tebing
pasir itu adalah ”monumen” letusan dahsyat Gunung Rinjani Tua atau
Samalas tahun 1257. Letusan Samalas diungkap dalam kajian ilmiah jurnal
Proceedings of the National Academy of Sciences terbitan akhir September
2013 dalam artikel ”Source of the Great AD 1257 Mystery Eruption
Unveiled, Samalas Volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia” (Tempo,
17/11/2013).
Artikel itu adalah hasil penelitian 15 peneliti
gunung api dunia (tiga dari Indonesia) dengan ketua tim Franck Lavigne
dari Departemen Geografi Universitas Paris 1 Pantheon-Sorbonne,
Perancis.
Letusan Samalas dinilai terbesar pada periode 7.000
tahun terakhir. Muntahan materialnya lebih dari 40 kilometer kubik,
sedangkan letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa tahun 1815 melontarkan
33 kilometer kubik material dan Krakatau (meletus pada 1883) sebanyak
12,3 kilometer kubik.
Menurut Heryadi Rachmat, pengamat gunung
api dari Museum Geologi Bandung, tebing pasir itu adalah singkapan
endapan piroklastik letusan Gunung Samalas, berketebalan 50 meter,
berwarna abu-abu cerah, dan membentuk struktur pelapisan dengan
komponen, antara lain, batu apung. Singkapan itu terbentuk dari endapan
awan panas, aliran piroklastik yang masuk ke laut.
Awan panas
yang ”bertemu” dengan dinginnya air laut menimbulkan letusan sekunder,
lalu terlontar ke daratan dan endapannya diduga membentuk bukit di
Pantai Tebing itu.
Tekstur dinding bukit itu berlekuk-lekuk,
seperti hiasan pahatan ornamen yang indah, laksana ukiran ”tangan”
kekuasaan Sang Khalik di galeri alam terbuka. Menakjubkan. Jika ada
waktu, singgahlah menyaksikan jejak-jejak letusan Gunung Samalas di
Pantai Tebing.... (KHAERUL ANWAR)