Menkeu tegaskan pelemahan rupiah drastis karena faktor spekulasi
Sabtu,2015-08-15,09:48:00
ilustrasi Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar Petugas menghitung pecahan Dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (12/8). Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS pada perdagangan Rabu (12/8) ditutup pada kisaran Rp.13.800.
(Berita Dunesia)
“Yang terjadi kemarin pelemahan rupiah lebih banyak karena faktor spekulasi. Jadi memang pelemahan rupiah itu tidak sesuai dengan nilai (wajar) nya pada waktu mencapai Rp13.800 per dolar AS,”
Jakarta (Berita Dunesia) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berpendapat bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara drastis hingga sempat menyentuh angka Rp13.800 disebabkan oleh faktor spekulasi.
"Yang terjadi kemarin pelemahan rupiah lebih banyak karena faktor spekulasi. Jadi memang pelemahan rupiah itu tidak sesuai dengan nilai (wajar) nya pada waktu mencapai Rp13.800 per dolar AS," kata Menkeu Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Jumat.
Pernyataan tersebut dia sampaikan usai menghadiri acara penyampaian keterangan pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 di depan rapat paripurna DPR RI yang dipimpin Ketua DPR RI Setya Novanto.
Menurut Menkeu, penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah hingga mencapai angka Rp13.800 beberapa waktu lalu itu memang tidak wajar dan merupakan peningkatan yang terlalu tinggi.
Oleh karena itu, dia meyakini bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berangsur-angsur menguat kembali.
"Pokoknya nilai tukar (dolar terhadap rupiah) kemarin itu terlalu tinggi, sehingga memang praktis rupiah akan menguat kembali," kata dia.
Bambang juga meyakini bahwa "reshuffle" (perombakan kembali) kabinet yang belum lama ini dilakukan Presiden Joko Widodo terhadap beberapa menteri akan memberikan dorongan bagi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sebelumnya, Ketua Apindo Haryadi Sukamdani menilai bahwa nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp13.800 per dolar AS sudah sangat berbahaya, maka penerapan kebijakan moneter yang tepat pun diperlukan untuk mengantisipasi semakin lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akibat tekanan global.
Menurut dia, pemerintah perlu memperbaiki kedisiplinan koordinasi dengan otoritas moneter, yaitu Bank Indonesia.
Selain itu, kata dia, pemerintah harus menahan laju penurunan ekonomi, salah satunya dengan mempercepat penyerapan anggaran belanja negara.
Ketua Apindo itu juga menilai pemerintah perlu menyingkirkan sumbatan-sumbatan bagi investasi asing yang akan masuk ke Indonesia.