Persis di lintas nasional itu di sisi jalan, terlihat dua tenda yang menyediakan manisan segar. Ya, itulah tenda Manisan Kak Nong. Aneka buah yang sudah “dimaniskan” tertata rapi dalam baskom. Ada buah mangga, jambu, cermai dan buah salak.
Didirikan sejak dua tahun lalu, kini saban hari puluhan kilogram laris manis. Pengguna jalan menepi jika melintas di kawasan itu. Sekadar membeli sebungkus atau dua bungkus. Bisa juga langsung menikmati di lokasi itu.
Dia menyebutkan, untuk membuat manisan seluruh buah itu dikupas, lalu dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Khusus buah salak, tidak dipotong. Setelah dicuci bersih langsung direndam ke dalam larutan garam.
Setelah dua hari, buah itu diangkat dan dicuri bersih. Lalu ditiriskan. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam larutan gula. Takaran gula disesuaikan dengan jumlah buah yang dimaniskan.
Selain manisan, Kak Nong juga menyiapkan garam dan cabai merah yang digiling halus ke dalam garam. Bumbu ini untuk dimakan bersama manisan. Sedangkan bumbu lain berupa garam dan patarana juga digiling halus.
“Dua bumbu itu sangat digemari pembeli,” ujar Kak Nong.
Kini, manisan Teupin Punti itu semakin tersohor. Pengendara lintas nasional Medan – Banda Aceh patut mencoba manisan itu. Menyegarkan tenggorokan di perjalanan.
Penulis | : Kontributor Lhokseumawe, Masriadi |
Editor | : I Made Asdhiana |