Mengapa ikan bisa melihat di air keruh?
Senin,2015-11-09,09:19:51
Gambar dan sebaran empat spesies baru ikan genus Rasbora dari Pulau Sumatera, yakni Rasbora arundinata, Rasbora haru, Rasbora bindumatoga, dan Rasbora maninjau. (Dokumentasi Daniel Natanael Lumbantobing dari The George Washington University)
(Berita Dunesia) Washington DC - Tim peneliti di Amerika Serikat baru-baru
ini mempelajari bagaimana penglihatan ikan tetap tajam saat berada di
air keruh, misalnya sungai.
"Air tawar cenderung lebih keruh
daripada lingkungan lainnya. Kekeruhan ini menyaring gelombang cahaya
pendek --biru, hijau dan kuning-- menyisakan gelombang yang lebih
panjang --merah dan inframerah," kata ahli patologi dan penglihatan dari
University School of Medicine di St. Louis Dr. Joseph Corbo, dikutip
dari Reuters.
Saat berenang di air keruh, ikan dapat mengaktifkan
enzim di mata mereka yang meningkatkan kemampuan mereka melihat sinar
inframerah, mempertajam penglihatan mereka di tempat kotor dan
berlumpur.
Enzim bernama Cyp27c1 ini berkaitan dengan vitamin A
dan telah diketahui dapat meningkatkan penglihatan, terutama di tepat
kurang bercahaya.
Vitamin A merupakan komponen penting dari
pigmen penglihatan. Dengan enzim tersebut, ikan dan amfibi dapat
menyesuaikan penglihatan mereka dengan cahaya di lingkungan mereka.
Secara
kimiawi, enzim Cyp27c1 memberi modifikasi kecil di molekul, mengubah
vitamin A1 menjadi vitamin A1, yang mengubah sensitivitas sel penerima
cahaya terhadap gelombang yang lebih panjang, seperti cahaya merah dan
inframerah.
Proses tersebut menjelaskan mengapa ikan air tawar
seperti salmon dapat pelan-pelan menambah penglihatan mereka ketika
mereka keluar dari perairan laut, yang bercahaya biru-hijau, lalu masuk
ke perairan tanah yang lingkungannya bercahaya spektrum merah dan
inframerah.
Kemampuan ini juga dimiliki amfibi untuk mengubah penglihatan dari perairan tawar ke bawah laut.
"Kami
tidak tahu pada evolusi apa enzim Cyp27c pertama kali berfungsi seperti
sekarang ini. Tetapi, fakta bahwa enzim yang sama digunakan ikan dan
amfibi menunjukan bahwa fungsi ini berasal dari ratusan juta tahun yang
lalu," kata Corbo tentang penelitian yang dipublikasikan di jurnal
Current Biology ini.
Para peneliti pertama kali menemukan enzim tersebut di ikan zebra lalu katak bullfrog.
Manusia pun memiliki tiruan gen yang mengatur enzim tersebut, tapi tidak aktif di mata.
Menurut
Corbo, enzim tersebut kemungkinan dapat digunakan bersama perangkat
optogenetik, yang memungkinkan peneliti mengaktifkan syaraf tersebut
dengan bantuan cahaya, untuk mengatasi penyakit syaraf dan kebutaan.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2015