Kontras: pembunuhan Salim Kancil harus diperhatikan serius
Selasa,2015-09-29,09:00:34
(Berita Dunesia) Jakarta - Kasus pembunuhan yang diawali penganiayaan yang
menewaskan seorang petani di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus
menjadi perhatian serius oleh pemerintah, kata Staf Divisi Advokasi Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras) Ananto Setiawan.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (26/9) yang juga mengakibatkan
seorang petani dalam kondisi kritis ini harus menjadi acuan pemerintah
dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan sumber daya alam di tengah
masyarakat.
"Pemerintah sedianya bisa mencegah peristiwa-peristiwa yang memicu
pelanggaran hak asasi manusia para warga," ujar Ananto ketika berbincang
dengan Antara usai mengadukan peristiwa di Lumajang, bersama Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Jaringan Advokasi Tambang (Jatam)
dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), kepada Komnas HAM, di Kantor
Komnas HAM, Jakarta, Senin.
Menurut Ananto, sebelum pengeroyokan maut tersebut terjadi, warga di
Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur sudah mengutarakan
ketidaksetujuan mereka terhadap keberadaan pertambangan pasir di
wilayahnya.
Mereka menyampaikan pendapatnya kepada Bupati Lumajang, DPRD, pihak
kepolisian hingga ke DPR RI di Jakarta. Namun, lanjut Ananto, tidak
pernah ada tindak lanjut dari laporan tersebut.
Pemerintah seolah menutup mata sampai kemudian terjadi pembunuhan
secara keji oleh puluhan orang terhadap Salim Kancil, seorang petani
yang giat berjuang menolak pertambangan di daerahnya. Selain itu, ada
seorang petani lain bernama Tosan yang kritis akibat dianiaya kelompok
yang sama.
Sebelumnya kejadian ini, lanjut Ananto, warga melapor ke Polres
Lumajang bahwa mereka mendapatkan teror dan intimidasi akibat menolak
tambang. Pihak kepolisian berjanji membentuk tim khusus menyelidiki hal
itu, tetapi tidak pernah ada kabar.
"Kami menduga pemerintah setempat dan polisi sudah tahu keberadaan
tambang itu merugikan masyarakat, namun tidak melakukan apapun untuk
menindaklanjuti temuan dan laporan warga itu," tutunya.
Oleh karena itu, Kontras meminta Kepolisian Republik Indonesia untuk
melakukan penyelidikan yang jujur dan adil terhadap kasus petani di
Lumajang, beserta pertambangan ilegal di aerah itu.
Selanjutnya, Polri juga harus mencari aktor intelektual dibalik
pembunuhan, penganiayaan dan teror terhadap warga Desa Selok Awar-Awar,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Pendapat senada juga diutarakan Kepala Departemen Penguatan
Organisasi Rakyat Konsorsium Pembaruan Agraria Kent Yusriansyah.
Menurutnya aktor intelektual tersebut harus dihadirkan dalam proses
persidangan yang transparan.
"Karena konflik agraia ini tidak hanya terjadi di Lumajang saja," tutur Kent.
Ada pun peristiwa penganiayaan yang menyebabkan Salim Kancil
meninggal dunia dan Tosan dalam keadaan kritis terjadi pada Sabtu
(26/9).
Berdasarkan catatan Tim Advokasi Tolak Tambang Pasir Lumajang, massa
awalnya melakukan penganiayaan terhadap Tosan dengan menggunakan
berbagai benda tumpul, bahkan korban sempat dilindas dengan sepeda motor
hingga mengalami luka parah dan dilarikan ke puskesmas setempat.
Setelah menganiaya Tosan, massa yang berjumlah sekitar 30 orang itu
menuju ke rumah Salim Kancil yang sedang menggendong cucunya. Korban
dipukul dengan kayu dan batu, kemudian korban diseret menuju ke balai
desa setempat sekitar dua kilometer dari rumah korban dan mendapat
penyiksaan yang tidak manusiawi hingga pegiat penolak tambang pasir itu
meninggal dunia.
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2015