Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah memperkenalkan maskot
Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, 18
Agustus - 2 September 2018.
Namun maskot Asian Games berupa
burung cenderawasih dengan kostum pencak silat yang diberi nama Drawa
itu mendapat banyak kritikan dari masyarakat, menyangkut desain yang ala
kadarnya alias asal jadi.
Banyak netizen yang
mengkritisi melalui berbagai media sosial, seperti Facebook dan Twitter, setelah Drawa diperkenalkan pada Minggu (27/12/2015) lalu.
Kritikan-kritikan itu beberapa di antaranya datang dari para penggiat industri kreatif seperti komikus dan animator.
Komikus
Faza Ibnu Ubaydillah Salman (populer dengan julukan Faza Meonk)
berpendapat, tidak semua aspek dari maskot tersebut bisa dinilai
negatif. Ia bahkan memuji pemilihan karakter yang dianggapnya sudah
cukup baik ini.
"Bisa dilihat ketika di-
remake oleh desainer-desainer lain, (maskot ini) jadi terlihat bagus," ujar pencipta karakter populer Si Juki ini saat dihubungi Kamis (31/12/2015).
Oleh karena pemilihan karakternya yang sudah tepat itu, Faza justru berpendapat
maskot itu memang harus direvisi. Agar eksekusinya bisa lebih
ciamik, dengan dasar karakter tetap burung cendrawasih.
Sementara
animator sekaligus pendiri studio animasi Main Studio Andi Martin
mengatakan, maskot Asian Games 2018 buatan Kemenpora
tidak memiliki nilai jual. Padahal, nilai jual ini sangat vital terkait dengan
licensing dan
merchandising.
"Kalau desainnya tidak bagus,
merchandise-nya siapa yang mau beli?" ujarnya saat dihubungi secara terpisah, Jumat (1/1/2016).
Masih ada waktu untuk revisi
Jika dibandingkan dengan logo Asian Games sebelum ini, Faza menilai maskot Drawa ini sebenarnya masih jauh dari kata layak.
Oleh
karena itu, mengingat waktu penyelenggaraan yang masih cukup lama, Faza
menyarankan agar pemerintah melakukan revisi terhadap maskot ini.
"Menurut
saya jelas harus direvisi karena maskot merupakan representatif dari
event itu sendiri," katanya pembuat komik dengan karakter "Juki" ini.
Kemenpora
pun menanggapi positif kritikan-kritikan di tengah masyarakat tersebut.
Hanya selang tiga hari, Kemenpora menggelar rapat bersama dengan Badan
ekonomi Kreatif pimpinan Triawan Munaf, yang tujuannya untuk merevisi
maskot Asian Games 2018.
Namun, revisi tersebut akan dilakukan secara tertutup. Menurut
siaran pers Kemenpora
tanggal 31 Desember 2015, Bekraf akan mengundang sejumlah kalangan
profesional tertentu di bidang ekonomi kreatif untuk turut berkontribusi
sesuai keampuannya.
Kemenpora menegaskan, revisi maskot Asian
Games 2018 bukan dalam bentuk sayembara terbuka, tetapi akan ditunjuk
pihak tertentu yang dianggap memiliki kredibilitas di bidang maskot.
Revisi sebaiknya terbuka
Proses
revisi yang dilakukan oleh antar kementerian atau lembaga ini menurut
Andi dikhawatirkan tidak akan mengubah banyak. Ia pun mendesak agar
Kemenpora melakukan sayembara terbuka.
"Dengan begitu kan jadi terbuka, prosesnya kelihatan, publik bisa tahu dan kalau perlu mereka bisa
vote," ujarnya.
Ia
pun mencontohkan apa yang telah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) saat membuat sayembara desain logo MRT
(Mass Rapid Transit).
"Kalau pemerintah (Pemprov-red.) aja bisa
melakukan kayak Ahok kemarin, seharusnya Kementerian bisa melakukan hal
yang sama," tegasnya.