Bergerak rancak dalam kostum tradisi, kehadiran mereka segera menarik hati penduduk kota paling berangin di dunia itu.
Penampilan kesenian tradisional asal Indonesia tersebut hadir sebagai bagian dari promosi wisata langsung (direct promotion) yang digelar Kementerian Pariwisata di Selandia Baru, 26-27 Maret lalu.
Delapan penari dan pemusik dari Ayoub Zyckra Dance Music Performance segera mengentak Te Marae Rongomaraeroa, panggung pertemuan khas suku Maori di museum nasional Te Papa.
Tarian pertama yang disuguhkan
adalah tarian bali kreasi baru bertajuk ”Gebyar Bali”. Sebuah tarian
yang menggambarkan keceriaan muda-mudi dalam pesta rakyat.
Terpanah pesona keindahan ”Pulau Dewata”, penonton yang kebanyakan
adalah pengunjung museum semakin terkagum ketika menyaksikan tarian
dengan gaya yang lebih rancak.
Pandangan mata penonton segera
tersedot pada keindahan ranah Minang ketika empat penari cantik dengan
kostum keemasan berlenggok ceria di atas panggung menarikan ”galenyek”.
Tari
galenyek yang digubah dari tari tradisional Minang ini ditarikan dengan
menggunakan ”galuak” atau tempurung kelapa. Pada saat menari, galuak
yang dipegang pada kedua tangan saling dipukul hingga membentuk
bunyi-bunyian yang serasi dengan tetabuhan musik tradisional.
Tarian ini juga dikenal sebagai tarian tempurung yang diiringi dengan lagu ”kaparak tingga”.
Galenyek
diterjemahkan sebagai gaya lengguk badan yang ditarikan oleh para
perempuan ketika sedang bersenda gurau. Gaya goyangan pinggul para
penari tampak sedikit menggoda.
”Tapi itu hanya untuk membuat
penonton tersenyum,” kata koreografer tari yang juga pimpinan Ayoub
Zyckra Dance Music Performance, Asra Sykra Ayoub.
Editor | : I Made Asdhiana |
Sumber | : Harian Kompas |