beritadunesia-logo

Galenyek Pukau Wellington

Kamis,2016-04-07,10:08:02
galenyek-pukau-wellington | Berita Positive
Tarian galenyek memesona penonton di panggung Te Marae Rongomaraeroa, museum Te Papa, kota Wellington, Selandia Baru. Pertunjukan tarian ini bagian dari promosi wisata Kementerian Pariwisata RI, 26-27 Maret 2016.
(Berita Dunesia)
WELLINGTON,  ibu kota Selandia Baru yang berangin dingin pada musim gugur, dihangatkan kehadiran para duta wisata dari Indonesia. Penari yang bergabung dalam Ayoub Zyckra Dance Music Performance menyuguhkan kreasi baru dari tarian tradisi.


Bergerak rancak dalam kostum tradisi, kehadiran mereka segera menarik hati penduduk kota paling berangin di dunia itu.

Penampilan kesenian tradisional asal Indonesia tersebut hadir sebagai bagian dari promosi wisata langsung (direct promotion) yang digelar Kementerian Pariwisata di Selandia Baru, 26-27 Maret lalu.

 

Delapan penari dan pemusik dari Ayoub Zyckra Dance Music Performance segera mengentak Te Marae Rongomaraeroa, panggung pertemuan khas suku Maori di museum nasional Te Papa.


Tarian pertama yang disuguhkan adalah tarian bali kreasi baru bertajuk ”Gebyar Bali”. Sebuah tarian yang menggambarkan keceriaan muda-mudi dalam pesta rakyat.

 

Terpanah pesona keindahan ”Pulau Dewata”, penonton yang kebanyakan adalah pengunjung museum semakin terkagum ketika menyaksikan tarian dengan gaya yang lebih rancak.

Pandangan mata penonton segera tersedot pada keindahan ranah Minang ketika empat penari cantik dengan kostum keemasan berlenggok ceria di atas panggung menarikan ”galenyek”.

Tari galenyek yang digubah dari tari tradisional Minang ini ditarikan dengan menggunakan ”galuak” atau tempurung kelapa. Pada saat menari, galuak yang dipegang pada kedua tangan saling dipukul hingga membentuk bunyi-bunyian yang serasi dengan tetabuhan musik tradisional.

Tarian ini juga dikenal sebagai tarian tempurung yang diiringi dengan lagu ”kaparak tingga”.

Galenyek diterjemahkan sebagai gaya lengguk badan yang ditarikan oleh para perempuan ketika sedang bersenda gurau. Gaya goyangan pinggul para penari tampak sedikit menggoda.

”Tapi itu hanya untuk membuat penonton tersenyum,” kata koreografer tari yang juga pimpinan Ayoub Zyckra Dance Music Performance, Asra Sykra Ayoub.

KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Tarian galenyek memesona penonton di panggung Te Marae Rongomaraeroa, museum Te Papa, kota Wellington, Selandia Baru. Pertunjukan tarian ini bagian dari promosi wisata Kementerian Pariwisata RI, 26-27 Maret 2016.

Memperoleh tepuk tangan riuh sambil berdiri dari para penontonnya, tari galenyek kembali disuguhkan di lokasi berbeda di Queens Wharf Square Wellington.

Penonton yang kebanyakan adalah warga kota yang menghabiskan libur Paskah dan akhir pekan sembari menikmati pantai turut menari.

Beberapa suguhan tari, seperti ”rateuh saman aceh” atau ”lenggang betawi” membuat pengunjung semakin ingin tahu tentang Indonesia.

Dalam jumpa pers yang digelar sebelumnya serta dihadiri beberapa wartawan dan agen perjalanan lokal Selandia Baru, Deputy Director for International MarComm Kementerian Pariwisata Agustini Rahayu mempromosikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. ”Indonesia luar biasa cantik, hanya kurang pamer,” katanya.

Selandia Baru menjadi pasar potensial baru yang mulai digarap serius sejak dua tahun terakhir dengan target 33.000 kunjungan pada 2016.

Potensi pasar Selandia Baru layak digarap karena kecenderungan warganya yang tinggi untuk bepergian. Dari total penduduk yang berjumlah sekitar 4,5 juta, lebih dari 4 juta orang di antaranya suka bepergian.

Tinggal di Selandia Baru yang kaya keindahan alam, warga kota Wellington yang menjuluki kotanya sebagai ”The Coolest Little Capital in the World” ini mudah dibuat jatuh hati pada keragaman budaya Indonesia. Budaya yang, antara lain, tecermin dari keindahan tariannya. (Mawar Kusuma)
 
 

 

Editor : I Made Asdhiana
Sumber : Harian Kompas
Berita Terkait
DUNIPEDIA - Berita Dunesia
Fitrafood
REAFO