Sleman (ANTARA News) - Taman Nasional Gunung Merapi mulai melakukan
penataan terhadap potensi ekowisata di lereng Gunung Merapi bagian
barat.
"Potensi-potensi ekowisata yang memungkinkan untuk dikembangkan di
lereng Gunung Merapi bagian barat, di antaranya ternak kambing etawa,
wisata minat khusus outbound, hingga berbagai jenis tanaman yang
memiliki nilai ekonomi," kata Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman
Nasional Gunung Merapi (TNGM) Widya Kridaningsih di Sleman, Yogyakarta,
Minggu.
Menurut Widya, penataan potensi ekowisata di lereng Gunung Merapi sudah mulai dilakukan pada tahun 2015 hingga saat ini.
"Sebenarnya untuk master plan sudah ada sejak lama. Namun, baru
bisa dilakukan saat ini karena terjadi adanya erupsi Gunung Merapi 2010
yang besar," katanya.
Pascaerupsi Merapi 2010, pihaknya memprioritaskan tempat-tempat
yang sering dikunjungi wisatawan terlebih dahulu dalam hal penataan.
"Misalnya, Telaga Nirmala dan Muncar di Kaliurang, Pakem, Sleman,
serta jalur pendakian Merapi melalui Selo, Boyolali, Jawa Tengah,"
katanya.
Widya mengatakan bahwa sekarang yang mulai dibenahi dan ditata
adalah lereng Gunung Merapi di sisi barat karena di lokasi ini masih
banyak potensi yang belum digali, dalam hal ekowisata.
"Dimulai dari peternakan kambing etawa, hutan pinus, anggrek, bambu, teh, dan juga kopi," katanya.
Yang masih menjadi kendala saat ini, menurut dia, adalah kebutuhan
airnya karena ketika dibuka untuk wisata massal, pasokan air bersih
belum memadai.
"Potensinya banyak, hanya kendala pada air saja kalau dibuka wisata massal," katanya.
Pengelola perkebunan teh lereng Merapi Suwaji (57) warga Turgo,
Purwobinangun, Pakem, Sleman mengatakan bahwa sebagai pengelola teh asli
Turgo dirinya mengaku siap jika dikembangkan sebagai ekowisata.
"Kami sebenarnya sudah siap jika banyak wisatawan yang datang ke perkebunan dan pengolahan teh Merapi," katanya.
Ia mengatakan bahwa saat ini teh asli Turgo hanya sebatas dijual ke
pasar tradisional, atau juga memenuhi permintaan pemesan.
"Namun, selain teh, juga mulai dikembangkan kopi di wilayah Turgo ini," katanya.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016