Tidak berlebihan rasanya jika menyebut bakso PMI salah satu jawara bakso di Bogor sejak puluhan tahun lalu. Terkenal dengan bakso rudal besarnya yang kaya akan daging membuat kedai yang berlokasi di Jalan Pandu Raya ini tidak pernah sepi pengunjung.
Berada di akhir Jalan Pandu Raya, yang merupakan salah satu jalur kuliner di Kota Bogor. Untuk menuju ke sini, hanya menempuh 20 menit dari gerbang tol Baranangsiang. Melewati Jalan Pajajaran, Anda bisa masuk lewat Indraprasta, atau Bogor Lakeside.
Marini yang merupakan pemilik Kedai Bakso PMI Pandu Raya dan Malabar,
mengatakan sangat menjaga kualitas dan resep yang diturunkan orang
tuanya.
Dari mulai pemilihan daging, belanja bahan baku hingga
pengolahan masih dilakukan olehnya. Terutama komposisi daging di bakso
tersebut tidak boleh meleset ujarnya.
“Daging itu menentukan semuanya kalau di bakso, makanya saya harus turun tangan. Apalagi di sini komposisi 60 kilogram daging di hari biasa hanya dicampur dengan 2,5 kilogram sagu, dan sisanya bumbu,” ungkapnya, Selasa (17/2/2016).
Wanita asal Wonogiri ini menambahkan, dirinya memang tidak terlalu
mengharapkan untung dari baksonya, demi menjaga keaslian resep dari
ayahnya tersebut.
Apalagi dengan harga daging yang meningkat
terus, Marini memilih mengharapkan untung dari pelengkap si bakso
tersebut, seperti minuman dan kerupuk yang dibuat sendiri oleh kedai
baksonya.
Hari Senin sampai Kamis, Bakso PMI menghabiskan 50 sampai 60 kilogram daging dan 25 kilogram urat untuk isi baksonya. Sedangkan untuk hari Jumat sampai Minggu, bisa satu kuintal daging sapi segar dan 40 kilo gramurat.
Daging yang digunakan hanya beberapa bagian dari sapi, sesuai resep ajaran orangtuanya. Yaitu bagian penutup atau betis belakang sapi, amusir, dan daging lapis yang didapatkan dari tukang daging besar langganannya.
Untuk pembelian daging, Marini rela berburu sejak pukul 04.00 pagi, untuk mendapatkan daging yang segar.
Menurutnya,
daging yang segar tidak boleh lebih dari lima jam setelah sapi
disembelih. Dirinya hanya mau membeli daging yang disembelih setelah
pukul 11.00 malam di sentra pemotongan hewan.
Bakso rudalnya yang besar sangat menggugah selera, kulitnya yang tipis membuat gilingan urat yang kasar terlihat keluar dari kulitnya ketika dibelah. Daging yang tidak tanggung-tanggung memang terasa di setiap gigitannya, sangat padat dan berserat.
Kuahnya yang kekuningan bercampur kaldu dan rempah memberi sensasi segar saat di sruput. Bakso-bakso urat pelengkapnya pun memiliki tekstur yang sama padat. Disantap menggunakan kerupuk kulit yang direndam bersama kuahnya, membuat citarasanya semakin lengkap.
Tak heran bakso ini menjadi pilihan utama pelanggannya dari banyaknya kedai bakso di Bogor. Seperti yang dikatakan Fitria, yang merupakan pelanggan tetap sejak dirinya masih kuliah.
“Daginya berasa full banget kalo disini, jadi memang benar terasa. Saya sendiri langganan sudah lama, sejak kuliah sampai sekarang berkeluarga masih jadi opsi pertama jajan bakso,” ujar Fitria pelanggan asal Atang Sanjaya, Bogor.
“Walaupun ketiga anaknya saling menjaga resep turunan, tapi tiap cabangnya memiliki pelanggan masing-masing. Kalau di PMI kedai pelopor, mayoritas pengunjungnya orang tua, selain makan sekaligus bernostalgia. Sedangkan di sini dan di Malabar lebih ke anak muda, karena tempatnya di jalur kuliner anak muda dan suasananya lebih mengikuti zaman,” ujar Marini.
Dia menambahkan usaha ini dirintis orangtuanya mulai dari nol. Ketika itu sempat berpindah-pindah kota, dari Bandung, Jakarta, baru ke Bogor hingga memiliki brand Bakso PMI yang dinamai sendiri oleh pelanggannya puluhan tahun lalu.
Penulis | : Muhammad Irzal A |
Editor | : I Made Asdhiana |